BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Watashi wa~

Foto saya
sendai, neverland, Japan
Hmm... I'm a girl....I love bishounen for sure... and japanese thing... lil bit pervert... yahh... Thatz me... add my fb or twitter if you want to know me better

lyric lyric xD

Jumat, 08 Januari 2010

wo de LAOSHI~



Pre weddig pic LOL




Zhang Lao-shi x3

Those pikus took @siung beach xDDD

Rabu, 06 Januari 2010

Fanfic - Kirikochan

Author : Vee.. who else? XDD
Title : Kiriko-chan
Rating : PG – 13
Genre Humor??
Warning : BE WARE! Ada kemunculan makhluk HITAM kecil yang mengerikan dan bisa TERBANG! Gyaaaaaaaaaaaaa~
Pairing : Bapak ama swami saiaaaaaa LOL AoiUruha xD
Disclaimer : Uruha itu bapakku yang suka bobo dikamarku *ngaco* *incest* *digebukin emak* ROFL


“Bisakah kau menjelaskan dimana kita?” Uruha bertanya sambil menatap Aoi tajam.
“Ano…….”
***
47 jam sebelumnya.
“Liburan ini kamu mau kemana?” Aoi bertanya dengan wajah penuh harap.
Uruha yang sedang asik mengepak gitarnya menatap wajah teman laki – lakinya itu dengan heran.
“Nggak tau. Emang kenapa?”
“Ano… Ituh…. Errr….” Aoi menundukkan wajahnya dan terlihat bingung.
Uruha tersenyum kecil melihat tingkah aneh Aoi. Dia pun berjalan kearah Aoi yag sedang duduk di sofa. Dari belakang dia mendekatkan kepala ke leher Aoi dan berbisik,
“Kenapa sih~”
Aoi yang -lehernya sensitif- mengeluarkan ekspresi aneh pada wajahnya. Ekspresi campuran antara geli,kaget dan merinding,
“GYAHAHAHAHAHAHA EKSPRESI LO!! GYAHAHAHAHA”
“Please deh Ru!! Jangan suka berbisik di dekat leherku kenapa sih? Geli setengah mati tauk!!” Aoi mengusap usap lehernya yang bulu kuduknya masih berdiri.
“Gyahahahaha tapi lucu!! Sumpah!!” Kata Uruha sambil memegangi perutnya. Berbisik di leher Aoi adalah hobi yang sangat sangat menyenangkan dimatanya. Karena setiap dia melakukannya Aoi pasti selalu mengeluarkan ekspresi dan reaksi yang berbeda.
“Ah, gag jadi ngomong deh.” Aoi memajukan bibirnya. Dia marah.
“Hey~ hey~ jangan marah doooong~” Uruha duduk lalu mengalungkan lengannya pada Aoi.
“Apa sih? Kayaknya susah banget… mo ngomong apa?” Kata Uruha.
“Hmmm… Kalo liburan ini kita ke rumahku gimana?”
Uruha melepaskan lengannya dari pundak Aoi dan memukul kecil kepala Aoi.
“Baka! Ntar malem aku juga bisa ke rumah kamu!”
“Bu….bukan apartemenku… Maksudnya rumahku yang di Kansai”
“Nani??? Rumah yang di Kansai? BersamaKU?”
“Iya…”
Uruha terdiam sejenak.
“Yakin? Aku lho Aoi.Yakin? Bener?”
“Yakin! Yakin!” Aoi menatap Uru dengan mantap.
Uruha menyilangkan kedua lengannya didepan dadanya dan mulai berpikir serius. Sementara disisi lain Aoi menunggu dengan penuh harap. Uruha bukanlah orang yang mudah ditebak jawabannya, tapi dia sangat berharap Uruha mau menemaninya. Dia ingin mengenalkan teman laki – lakinya itu pada semua keluarganya di sana sekaligus ingin memperlihatkan seperti apa kota tempat dia dibesarkan pada Uruha.
“Ntar kalo tiba – tiba aku pengen iseng sama leher kamu ibu kamu nggak bakal jantungan ‘kan?” Seulas senyum kecil tersungging di bibir Uruha saat mengatakannya.
“Jadi iya??” Aoi berkata setengah berteriak.
Uruha hanya tersenyum mendengar Aoi.
“Nggak salah juga jalan – jalan di Kansai.”
***
5 Jam yang lalu
Uruha baru saja merebahkan tubuhkan tubuhnya dengan bebas ke kasur king-size miliknya saat iphone-nya bergetar dengan display nama ‘Aoi-chan’.
“Moshi – moshi.” Ucapnya malas.
“Jangan tidur.”
“Aku capek banget Aoi….. Kita barusan last-practice habis-habisan ‘kan?”
“Aku tau, tapi kita harus ngejar shinkansen 2 jam lagi, mandimu sejam sendiri dan kamu belum packing… Kalau kamu tidur pasti kita ketinggalan kereta.”
“Oke… Aku nggak tidur cuma rebahan…” Kata Uruha sambil meletakkan tangannya di dahi.
“Kamu bisa tidur di kereta kok… Perjalanan kita nanti 3 jam.”
“Kursi shinkansen beda sama spring-bed king-sizedku sayang….”
“Aku tau…. Tapi please jangan tidur dulu…”
“Hai’ hai’.”
“Ya udah….Aku tutup yah telponnya…” Kata Aoi dari sebrang sana disertai dengan bunyi -bip- tanda pembicaraan berakhir.
Uruha menghempaskan Iphone miliknya dengan kasar. Seluruh sel ditubuhnya menolak untuk meninggalkan kenyamanan surga yang disediakan oleh kasurnya. Tapi ‘Aoichan’ menyuruhnya untuk bergerak meninggalkan surga duniawi sesaat itu untuk mandi dan bersiap.
‘Selalu merepotkan’ Pikir Uruha saat melangkahkan kakinya ke kamar mandi. ‘Tapi menggemaskan’.
***
19.00
“Kau benar – benar tampak mengerikan.” Ucap Aoi saat memperhatikan Uruha yang sedang duduk disampingnya. Sekarang mereka sudah berada di dalam shinkasen yang akan membawa mereka langsung ke Kansai.
“Sudah aku bilang aku capek, Aoi.” Kata Uruha sambil memijat-mijat lehernya.
“Maaf ya.”
“Hmm… Aku ngantuk.”
“Sini.” Aoi menepuk – nepuk pundaknya sendiri.
“Sankyuu.”
Uruha pun menyadarkan kepalanya pada pundak Aoi dan dalam waktu beberapa detik pun dia sudah terlelap. Aoi yang juga lelah pun ikut tertidur bersandar pada kepala Uruha yang ada di pundaknya.
Dan, mereka pun tertidur sangat lelap.
Terlalu lelap.
***
22.00
-Stasiun Perfektur X, distrik A- itulah tulisan yang tertera pada papan elektronik yang berisikan informasi keberadaan Aoi dan Uruha saat mereka menjejakkan kaki mereka.
“Bisakah kau menjelaskan dimana kita?” Uruha bertanya sambil menatap Aoi tajam.
“Ano…….”
“Aku kira rumahmu itu perfektur Mie distrik Kansai.”
“Memang.”
“Dan aku kira sekarang kita sedang melihat tulisan yang salah.”
Uruha memalingkan mukanya ke arah Aoi disaat yang bersamaan Aoi akan memandangnya.
“Oh no.” Kata mereka bersamaan.
***
“Aku tidak percaya kita bisa tertidur hingga 4 jam!!” Kata Uruha.
“Hahaha sama!! Umm…. Kau mau langsung beli tiket shinkasen ke kansai atau…”
“Aku lebih suka ‘atau…’ Aku kelaparan…. “
“Oke. Ayo makan!”
“Telpon dulu ibumu.”
“Oh iya.”
Aoi menggerakkan tangannya dengan cepat mencari nomor ibunya pada iphone miliknya dan meneleponnya.
“Moshi-moshi” Ibunya menjawab.
“Konbanwa okasan.”
“Kok kamu belum sampai? Bukannya harusnya kamu datang 1 jam yang lalu?”
“Aku tadi ketiduran bu, lalu sekarang aku berada di X.”
“HAH? DI X?”
“Iya bu. Aku nanti akan naik kereta sekitar jam 11-an. Jadi mungkin nanti aku sampai sekitar jam 1.”
“Jangan mengambil kereta terakhir seperti itu. Lebih menginap saja.”
“Eh? Menginap? Tapi…”
“Kasian temanmu. Kalian pasti capek.”
“Sangat capek.”
“Besok pagi-pagi ambil kereta pertama. Ibu menunggumu.”
“Uhm… baiklah.”
“Jaga diri baik – baik yah.”
“Iya bu.”
-bip-
Aoi memasukkan kembali ponselnya ke kantung celana jeans-nya.
“Apa kata ibumu?”
“Kita disuruh menginap disini.”
“Hah? Memang salah satu diantara kita kenal dengan kota ini?”
“Tidak. Sudahlah. Turuti saja kemauan ibuku. Kalau kita beneran pulang tengah malam nanti saat sampai kita pasti diomelin.”
“Tapi ibumu benar. Leherku pegal. Aku butuh kasur empuk.”
“Dasar.”
“Sudah, sudah, ayo makan.” Kata Uruha sambil mengacak sayang rambut Aoi.
“Ahhh, rambutku~”
***
“SURGA~” Kata Uruha saat menghempaskan tubuh kurusnya ke kasur.
“Jangan dipakai sendiri kasurnya, Uru. Aku dikasih sisa dong.” Kata Aoi yang masih kerepotan membawa masuk semua barang mereka.
“Sorry.” Kata Uruha sembari merubah posisinya hingga menyisakan tempat yang cukup untuk Aoi tidur.
“Uhm… Kamu nggak gosok gigi dulu?”
“Gigiku sudah bersih.”
“Darimana?”
“Pokoknya bersih.”
“Baka.”
Uruha mengabaikan perkataan Aoi. Dia BENAR-BENAR lelah dan SANGAT membutuhkan tidur PANJANG.
10 menit berlalu, dan Uruha telah lelap dalam tidurnya, saat dia tiba-tiba terbangun karena merasakan tekanan pada kedua sisi bantalnya. Saat dia membuka mata wajah Aoi tepat berada didepan wajahnya.
“Hm?” Gumam Uruha.
Aoi tidak berkata apapun, tapi dia menurunkan kepalanya dan mencium lembut bibir Uruha. Uruha pun menutup matanya, mencoba menikmati ciuman selamat malam Aoi.
“Oyasuminasai my dear.” Bisik Aoi.
Uruha tersenyum lembut mendengar Aoi.
“Tidur sana.” Bisiknya.
Aoi mengikuti apa yang Uruha katakan dan tidur disisi lain kasur itu.
“Hoam….” Aoi menguap dan bersiap tidur.
Srt…srt…..
Sesuatu berwarna hitam bergerak dalam kesunyian.
Dan ternyata, mata Aoi -yang sudah menyipit- menangkap figure hitam kecil itu. Seketika itu juga mata Aoi membesar dan memastikan apa yang dilihatnya.
‘OH FUCK!’
“U…ru…” Aoi mengguncang pelan tubuh Uruha.
Tidak ada respon.
“URUHA!!” Pekik Aoi. Dia mengguncang tubuh Uruha lebih keras lagi.
“What?” Uruha merasa terganggu dengan guncangan Aoi.
“Ki…riko!!! Kiroko-chan!!!” (kiriko = kecoak) Aoi berteriak dengan nada horror.
“APA??” Uruha langsung mengambil posisi duduk.
“Ituuuuuuu!!!!” Aoi menunjuk pada posisi sang suspect. Seekor makhluk hitam kecil yang sedang bergerak merayap dengan perlahan di lantai seolah siap mendatangi mereka.
“GYAAAAAAAAAA~ TELPON REITA!!! SURUH DIA DATANG DAN MEMBUNUHNYA!!!!!!” Uruha berteriak histeris dan gantian menguncang tubuh kurus Aoi.
“Reita di Tokyo, baka!!”
“Kalau begitu telpon resepsionis, atau pelayan hotel atau siapalah! Seseorang harus menolong kita Aoi!! Gyaaaa~ Bagaimana kalau dia terbang??”
“Mana ada pelayan hotel di motel kecil seperti ini????”
“Kenapa kita nginep di motel???”
“Karena motel ini tempat menginap yang paling dekat dengan stasiun!”
“Seriously Aoi, kill it!!NOW!!”
“Oh God!!! Aku berharap KAMU yang membunuhnya!”
“NO WAY~ AKU BENCI SETENGAH HIDUP SAMA MAKHLUK ITU !!!! AKU NGGAK MAU DEKET-DEKET MAKHLUK ITU DALAM RADIUS 2 METER!!!”
“SAMA!! AKU JUGA BENCI!!!”
Aoi dan Uruha saling berpandangan, lalu mereka menghela nafas pasrah.
“Kenapa sih selalu ada kejadian aneh saat aku ingin tidur?” Uruha frustasi karena dia sangat lelah.
Aoi menatap Uruha dengan kasian. Dia tau Uruha benar-benar ingin tidur.
“Kamu tidur aja. Biar aku yang jaga. Nanti kalau kiriko-chan terbang, aku akan membangunkanmu.”
“Ehhh??? Mana boleh begitu! Kamu juga cape ‘kan?”
“Nggak papa kok.”
“Tidak – tidak. Kalau kamu tidak tidur, aku juga tidak tidur.”
“Tapi….”
“Aku nggak secape itu kok.” Uruha berusaha menyakinkan Aoi.
Aoi menghela nafasnya sekali lagi. Tidak ada seorang pun yang bisa membuat Uruha menarik kembali kata – katanya. Kalau dia bilang tidak, maka keputusannya adalah tidak. Itulah Uruha.

…………..

Akhirnya dua orang laki – laki itu memutuskan untuk mengawasi setiap gerak gerik dari kiriko. Aoi dan Uruha duduk berdekatan sambil bersandar pada sandaran kasur. Mata mereka berdua tidak lepas dari sosok hitam yang sekarang masih diam.
“Kau pikir dia akan bergerak?” Kata Uruha.
“Mungkin. Kiriko sangat sulit ditebak.” Jawab Aoi dengan tingkat keseriusan tinggi.
“Hmm…. Mungkin kita bisa menggunakan teknik Reita. Dia memukul makhluk itu dengan sapu atau sandal dengan sekuat tenaga, dan dalam sekejap, kiriko mati.”
“Aku sangat menyarankan kau melakukannya Uruha-kun. Aku mendukungmu.” Aoi menepuk-nepuk punggung Uruha.
Uruha mengangkat sebelah alisnya.
“Kau selalu bilang ‘Aku lebih cowo darimu~ Hehehe’.” Sindir Uruha.
“Uruha, Kiriko adalah masalah yang tidak dapat aku atasi tanpa bantuan pikiater. Tidak ada HUBUNGANNYA dengan hal itu.” Aoi mencibir.
“Lebih baik kau suruh saja aku stripping di atas panggung dari pada aku harus berdekatan dengan ‘dia’.” Uruha menunjuk arah Kiriko yang sedang bergerak-gerak tak tentu arah.
“Aku nggak mau kamu stripping di panggung dan dilihat oleh semua orang. Aku mau kamu membunuh kiriko!!“
“NO WAY~”
“Huft……..” Untuk kesekian kalinya Aoi menghela nafasnya.
“Ngomong – ngomong, menurutmu apa yang begitu menjijikkan dari makhluk kecil hitam kecoklatan itu?” Tanya Aoi.
“Hm….. Pokoknya menjijikkan. SANGAT menjijikkan.” Uruha menjawab dengan wajah penuh kejijik-an.
“Lebih menjijikkan dari French kiss-ku dengan Ruki ka?” Aoi tersenyum licik.
“Iya. Tapi masih lebih menyakitkan French kiss-mu dengan Ruki ==a”
“Hahahahaha aku suka membuatmu cemburu.”
“Dasar.”

8 menit kemudian
Srt….srt…
Makhluk kecil hitam itu kembali menggerakkan keenam kakinya dengan cukup cepat.
Uruha menahan nafasnya selama beberapa detik saat dia menebak kemanakah sang ‘kiriko-chan’ akan melangkah.
Dan ternyata kiriko-chan itu akan membuka sayapnya!
Jantung Uruha berhenti berdetak saat dia melihatnya.
Tapi ternyata, sang kiriko mengurungkan niatnya.
Dan,
Senyum penuh kemenangan pun terulas pada bibirnya saat Uruha melihat kiriko-chan memutuskan untuk pergi meninggalkan kamar mereka melalui celah pintu.
“Gyaaaaa~ Aoichan!! Dia pergi!! Kita bisa tiduuuuuuuuuuuuuuuuuu-.” Uruha berteriak dengan semangat. Tapi dia berhenti berteriak saat dia menengok ke arah Aoi.
Ternyata Aoi sudah tidur. Kedua tangannya disilangkan dikedua dadanya dan kepalanya tertunduk. Sayup-sayup terdengar suara nafas teratur yang damai.
‘Tadi dia yang bersemangat mau jaga…. Sekarang malah dia yang tidur duluan…. Dasar Aoi….’ Uruha menghela nafas ringan saat melihat Aoi sudah tidur.
Dengan hati-hati dia membenarkan posisi tidur Aoi agar Aoi tidak terbangun. Lalu dia mengecup sayang kening Aoi.
‘Have a nice dream, love of my life….’ Kata Uruha dalam hati.
***
“Uru, uru, bangun.” Kata Aoi di samping Uruha sambil mengguncang-guncang pelan tubuh Uruha.
“Urgh….. 5 menit lagi…..” Uruha memalingkan wajahnya ke arah lain dan menutup kupingnya dengan bantal.
Aoi memutar matanya. Membangunkan Uruha dipagi hari sebelum jam 8 memang hal yang mustahil. Tapi, tidak sekarang. Uruha memiliki kelemahan yang sangat besar. Aoi menyadarinya semalam, dan senyum licik pun tersungging dibibir tebal Aoi.
“Gyaaaaaaaaaa~ Kiriko datang lagi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Teriak Aoi
Uruha langsung tersigap. Dia buang bantal dikupingnya dan membuka matanya lebar – lebar.
“MANA???????????????”
“Ah, aku berhalusinasi.” Ucap Aoi ringan sembari berdiri dari kasur sebelum bantal melayang ke wajahnya.
“AOIIIII!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Uruha berteriak sekeras mungkin.
“Makanya jangan tidur terus. Kita berangkat jam 7 tauuuu! Sana mandi.”
“Ogah. Nggak ada bath up-nya.” Uruha mencibirkan bibirnya. Dia kembali menghempaskan tubuhnya ke kasur dan membenamkan kepalanya ke bantal.
“Hey~ aku aja yang bath-addict memaksakan diriku untuk mandi disini!!!”
“Nggak! Pokoknya aku nggak mau mandi disini!” Uruha tetap dengan pendiriannya.
Kesabaran Aoi pun habis. Dia mengangkat Uruha –yang lebih berat darinya- dan menggendongnya seperti pengantin baru.
“Gyaaaaaaa~ Aoi! Turunkan aku baka!” Uruha berteriak kaget.
Aoi pun menurunkan Uruha saat mereka sampai di kamar mandi.
“Mandi.” Ucapnya jelas.
“Iyaaaaaaaaaaaaa~ bawel!” Uruha berteriak keras sambil menutup pintu.
***
“Kau mengantuk?” Tanya Uruha serius saat mereka sudah berada di kereta –yang sekarang penuh sesak- yang menuju Kansai.
“Tidak.” Jawa Aoi singkat.
“Kita tidak boleh ketiduran atau tersesat lagi.”
“Tidak lagi”
Dan, berkat rahmat Tuhan, akhirnya mereka sampai di stasiun yang bertuliskan ‘Stasiun Perfektur Mie, Distrik Kansai’.
“Thanks God.” Ucap Uruha saat menjejakkan kakinya.
“Uru! Lihat! Itu Kakak dan Ibuku!” Aoi menunjuk kearah dua orang yang sedang duduk di kursi tunggu.
“Wah…. Kakakmu mirip sekali denganmu.” Uruha berkomentar saat dia melihat lelaki berambut hitam yang medampingi ibu Aoi.
“Kitakan saudara bodoh!” Aoi melemparkan pandangan sedikit menghina pada Uruha.
Lalu, mereka berdua berjalan kearah dua orang itu dengan ceria walaupun keduanya masing-masing membawa tas seret yang berat.
“Ibu!” Aoi memeluk Ibunya yang sekarang sudah terlihat berumur itu dengan penuh cinta kasih.
“Yuu, Kau benar-benar terlihat dewasa!” Ibu Aoi menepuk-nepuk punggung anaknya.
“Ibu juga mengatakan hal itu padaku tahun baru lalu.” Aoi melepaskan pelukannya dan mencium pipi Ibunya.
“Kakak.” Aoi mengulurkan tangannya pada kakaknya.
“Hey~ Big star!” Kakaknya menyambut tangan adiknya dengan bangga sembari menepuk-nepuk pundak Aoi.
“Dan ini temanmu itu Aoi?” Ibu Aoi bertanya.
“Ibu, walau ibu sudah mengenalnya izinkan aku mengenalkannya lagi. Anata wa Uruha-san desu. Ore wa Koibito ^^.” Aoi berkata dengan tersenyum. Senyumnya secerah mentari pagi Kansai yang menyinari musim panas itu.

OWARI