BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Watashi wa~

Foto saya
sendai, neverland, Japan
Hmm... I'm a girl....I love bishounen for sure... and japanese thing... lil bit pervert... yahh... Thatz me... add my fb or twitter if you want to know me better

lyric lyric xD

Sabtu, 25 Juli 2009

Fanfic The gazette – Alice Nine, Let Me Shine On You part 7


Tittle : Let Me Shine On You

Genre : Sweet-romantic, Emotion

Warning : PG - 15( This time nee.. I sugest, below 15th SHOULD NOT READ THIS FIC), Yaoi, Bored and Broken-heart Author, Basic at true character and story *with a LOT of change ^ ^*.
Pair : Ruki x Reita (one side), Tora x Reita (blur), Tora x Hiroto (lovers)

A/N : Cemburu adalah perasaan manusia yang paling manusiawi dan yang paling menyakitkan.*pengalaman pribadi :p*

Mood : Hmmmm... he text me again.... damn....
Disclaimer : I’m own them nothing nee….*I just borrow their name nyooo ^ ^*

Calm Envy

kotoba yori mo fukaku aishitte kure nara
me no mae ne iru anata dake wo shinjite ikeru
fui ni miseta kako ni fureru tabi ni moroku
uzumetsukusenai kuuhaku ni namida ukabe
If you could love me deeper than just those words
I could believe only you standing before me.
In the suddenly showing past, the times we would touch,
Could not fill the fragile emptiness, floating on those tears.

Tora sudah berada di depan sebuah pintu. Pintu kayu berwarna hitam yang telah lama sekali tidak di ketuk olehnya. Perlahan dia mengangkat tangannya, namun dia turunkan lagi tangannya. Dia ragu akan apa yang akan dilakukannya.
‘Benarkah apa yang kulakukan ini?’ Dia bertanya pada hati kecilnya. ‘Tidak… Ini salah… Semalam aku menciumnya hanya karena aku sedikit mabuk… Iya.. Pasti begitu…. ’
Akhirnya Tora mengurungkan niatnya. Dia membalik badannya dan pergi menjauh dari pintu itu. Namun ternyata dari arah berlawanan tampak sesosok laki – laki pemilik apartemen itu muncul. Skat mat. Sekarang tidak mungkin lagi bagi Tora untuk pergi tanpa bertemu dengannya.
“Tora…” Reita sedikit kaget melihat Tora di depan pintu apartemennya.
“Hi..” Tora merasa canggung saat mengatakannya, tanpa alasan yang jelas dia merasa malu.
“Errrr… Aku baru saja pulang cari makan… Errr…. Kau kesini mau apa?”
“Aku…errr…” Tora memutar matanya sebentar. Sebenarnya dia sendiri pun tidak tau kenapa tadi dia mengemudikan mobilnya ke apartemen Reita.
“ Well… Kau sudah di sini.. Ayo masuk.” Reita membuka pintu apatemennya dan masuk ke dalam, Tora mengikuti di belakangnya.
“Maaf, apartemenku berantakan.” Reita berkata sambil melepas sepatunya dan mantelnya
“Ah, apartemenku sama berantakannya kok.” Tora melepas mantelnya dan secara refleks memberikannya pada Reita.
Reita dengan canggung menerima mantel Tora dan menggantungkannya di hanger. Sudah lama dia tidak menggantungkan mantel orang. Biasanya Rukilah yang menggantungkan mantelnya.
Dalam diam dan suasana yang canggung Reita dan Tora berjalan menuju sofa putih di ruang utama.
“ Kau beli sofa baru ya?”
“Iya.”
“Oh… Banyak yang berubah disini…” Tora memandang apartemen Reita dengan seksama.
“Yaahh…. Kau mau minum apa?”
“Hmm? Coke ada ‘kan? “
“Sebentar..” Reita pergi mengambil coke di dapurnya. Sedangkan Tora duduk di sofa Reita.
Tak berapa lama Reita datang membawa dua buah coke dan dua bungkus pocky coklat.
“Ini.” Reita memberikannya pada Tora. Lalu dia duduk di dekat Tora. Tidak terlalu dekat, tampak dia sedikit mengambil jarak.
“Sankyuu.” Tora membuka coke dan meminumnya.
“It’s been a while since last time you came here.”
“Yeah ~ and things change.”
“Aku rasa sebenarnya tidak juga… Aku tidak.”
“Hmmm? Kurasa kau berubah. Sedikit sih…”
“Kau sendiri? Kurasa kau sekarang lebih…lembut…”
Tora terkekeh mendengar perkataan Reita.
“Lembut darimana?”
“Entahlah… Dari tatapanmu aku rasa kau sekarang sedikit melembut…”
“Benarkah?” Mata Tora memandang wajah Reita yang terlihat agak merah.
“Kau memang melembut…”
“Reita…” Tora mendekatkan tubuhnya ke arah Reita. Namun tiba – tiba dia menghentikan gerakannya dan kembali duduk. ‘STOP!!! Tidak lagi Tora… Tidak lagi!!’
“Aku… maaf… Reita, maafkan aku….” Tora menundukkan wajahnya dan menyatukan kedua tangannya. Dia dapat merasakan tangannya yang sekarang terasa dingin dan berkeringat.
Reita sedikit menyerengai, “Untuk apa Tora?”
“Karena aku bodoh.”
“Lalu? Kurasa kita berdua bodoh. Karena,sebenarnya sejak awal aku tau kita tidak akan bisa bersama.”
“Kenapa kau kemarin mengangguk?”
“Karena aku bodoh. Mungkin ada yang salah dengan otakku.”
“Mungkin…”
Reita mendekat pada Tora. Dia mengambil dan menggenggam tangan Tora.
“Tanganmu dingin Tor…”
“Hangatkanlah…”
Reita meletakkan tangan Reita di pipinya.
“Bagaimana?”
“Pipimu selalu hangat seperti mentari…” dan Tora tau, sekarang Ia tidak bisa melawan keinginannya untuk kembali menyentuh Reita.
***
Ruki mengeryitkankan hidungnya saat dia memasuki ruang utama Reita.
“Yieks~ There is smell of sex here…”
“Itu kau Ruki?” Teriak Reita dari kamar mandi.
“Iya!! Kau tadi bawa bitch kesini??”
“Apa??? Aku tidak dengar.”
“KAU TADI BAWA BITCH KESINI???”
Reita yang baru selesai mandi keluar dari kamar mandi dengan kimono mandinya. Dia mendatangi Ruki untuk mengklarifikasi pertanyaan Ruki.
“Kau tadi bilang bitch?”
“Yep. I can smelling smell of sex here. Yieks~ I want to puke.”
“*sniff sniff* Engga bau apa – apa.”
“Your nose is less sensitive.. Mine is very sensitive about this smell.”
“ *blush* You wrong…”
“Ampun deh Rei… Aku tu tinggal bareng Aoi selama 1 tahun… Setiap hari bau ini yang cium…”
“Errr…. Aku mau ganti baju dulu.” Reita berbalik meninggalkan Ruki.
“Aku semprot pake BayFresh rokokku yah?? Baunya nggak enak banget!!!” Ruki mengeluarkan botol pewangi kecil dari tas pinggangnya.
“Terserah.”
Beberapa saat kemudian Reita selesai ganti baju.
“Tumben kamu bawa bitch.” Kata Ruki ringan sambil merokok seperti biasa.
“He’s not bitch and we don’t have sex. Well… Almost… But not.”
“Oh Gosh…. Bener ‘kan apa yang kubilang kemaren.. Hari pertama dicipok, dan hari kedua… Ini pasti si Tora ka ?”
“Ano….” Reita tidak bisa membantahnya.
“Apanya yang tipe orang engga bernafsu tinggi. Cih!!” Ruki membuang mukanya. Dia merasa sedikit jijik dengan Reita.
“Kok kamu jadi marah?”
“Oh? Marah kah Aku?” Ruki meninggikan suaranya. He doesn’t know why, But he’d feel better if Reita making up with bitch than almost-making-up with Tora.
“Come on Ruki… Aku hafal sifatmu.”
“You don’t know everything about me. Udah ah! Aku cabut.” Ruki mematikan rokoknya dan melangkah pergi dari apartemen Reita.
***
Ruki marah. Dia tau itu. Perasaannya benar – benar tidak karuan. Marah, jijik, benci, cemburu, iri semua bercampur di dadanya. Dia merasa ada monster di hatinya yang sekarang berteriak keras. Tangan gemetar dan tenggorokannya tercekat. Tanpa sadar dia menghentikan langkahnya, lalu Ia bersandar pada dinding disampingnya.
“Kenapa kau bersamanya?”
Tubuh Ruki gemetar semakin hebat. Akhirnya dia pun menetaskan air matanya. Berulang kali dia menghapusnya, namun air matanya tidak berhenti menetas. Akhirnya dia menyerah dan membiarkan air matanya terus mengalir.
“Ruki?? Kau kenapa?” Suara Reita mengagetkan Ruki.
Ruki hanya diam. Di pikirannya tak terlintas satu kata pun untuk menjawab pertanyaan Reita.
“Ruki?? Kau sakit. Kenapa kau tidak menjawab?”
“Sh…Shut up!!!” Ruki berteriak keras ke arah Reita. Saat berteriak wajahnya sedikit terangkat terlihat jelas kalau dia sedang menangis.
“Ka…kau… menangis??” Reita terkejut melihat kilauan air mata di pipi Ruki. Karena setahunya Ruki bukanlah orang yang mudah menangis.
“I SAID, SHUT UP!! GOD DAMN!!! LEAVE ME ALONE!!” Walau tubuhnya masih gemetar namun Ruki memaksakan kakinya untuk berdiri dan melangkah pergi.
“Hey!! Ruki!! Kamu kenapa? “
Reita mengikuti Ruki dari belakang. Awalnya Ruki berusaha mengacuhkannnya. Tapi Reita masih mengikutinya hingga tempat parkir. Ruki pun kehilangan kesabaran dan berpaling pada Reita.
“Kau ngerti orang ngomong nggak sih?”
“Aku ngerti kamu ngomong apa. Tapi aku nggak ngerti kenapa kamu tiba – tiba marah dan menangis seperti itu!” Nada Reita sekarang sama tingginya dengan Ruki.
Ruki merasakan kemarahannya sudah mencapai puncaknya. Monster di dadanya sekarang meminta pelampiasan kemarahannya.
-SLAP-
Tangan Ruki mendarat di pipi Reita. Dia memukul pipi Reita dengan segenap amarah yang ia punyai.
“Ku harap kau mengerti sekarang.”
Sekali lagi Ruki pergi menjauh dari Reita. Tidak ada penyesalan dalam dirinya karena telah memukul orang yang amat disayanginya. Karena dia berpikir sakit tamparannya tidak ada bandingannya dengan sakit yang sekarang Ia rasakan.
Sedangkan Reita hanya mematung di tempat dimana Ruki menamparnya.
‘Sakit…’ Batin Reita saat merasakan sesuatu yang asin di ujung bibirnya yang robek.
‘Crap. Kenapa dia memukulku sih?’ Reita masih mencari jawabannya, namun dalam hati dia telah tau apa itu. Cemburu…
***
“Hey~ kenapa kau mendiamkan aku?” Tora bertanya pada Reita yang dari tadi sibuk memencet – mencet keypad ketainya.
“Shut up. Aku lagi konsentrasi… Crap! Aku tadi mau ngetik apa ya?”
“Cih! Susah –susah aku escape dari Pon untuk ke café bersamamu dan sekarang bahkan kau tidak mempedulikan aku.” Tora memutar minumannya untuk kesekian kalinya.
“Sudah kubilangkan tadi, I’m not in mood. Kau yang memaksaku.”
“Kau ini… Ku pikir kau akan jadi sedikit romantis setelah kejadian kemarin, ternyata sama saja.”
Reita hanya diam. Konsentrasi tetap tertuju pada layar ketainya.
“Fiuh~ I give up.” Kata Reita setelah sekian lama dia menunggu ketainya untuk berdering.
“Maksudmu?”
“Si Ruki marah. Udah aku sms jutaan kali tapi tidak ada balasan.”
“Ya Tuhan… Masa’ selingkuhanku selingkuh sih?” Ucap Tora menyindir Reita.
“ Tora, aku benci kalau kau menyebutku selingkuhanmu. Kau tau aku tidak serendah itu. Dan kau juga tau ‘kan kalau aku tidak akan selingkuh darimu?”
“Aku tau~ Kau kan cowo-paling-setia di muka bumi ini~” Tora dengan gemas mencubit pipi Reita.
Reita memerah karena cubitan kecil Tora.
“Malam ini ke rumahku yuk?”
“Tidak bisa, Aku nanti malam mau ke rumah Ruki. Bisa gawat kalau dia terus – terusan marah.”
“Ruki lagi…”
“Don’t be jealous… Dia itu temanku yang paling berharga, aku menyayanginya hampir sama seperti aku mencintaimu tau.”
“Oh… Aku temani?”
“Sankyuu, tapi tampaknya dia agak sensitif sama kamu. Lagian kalau kamu terus bersamaku Pon mau kau taruh mana?”
“Oh iya, anak itu… Hehehehe… Katanya dia mau bikin kue buat..”
“STOP!!! *sight* Jangan cerita soal dia. Jujur saja, perasaanku terluka kalau kau cerita soal dia.”
“Ah… Maaf.. Kebiasaan lama… Dulu ‘kan aku cerita semuanya ke kamu…”
“Old time is old time… Sekarang, kita ya kita.”
“Sekarang giliran kamu yang cemburu… Baiklah babe..”
“Dan jangan gunakan sebutan yang sama seperti yang kau pakai untuk’nya’ ”
“Kalau begitu gimana kalau ‘cinta’?? Kurasa itu lebih dari ‘babe’ ”
“Itu juga boleh.”
“Cinta~” Tora tersenyum ceria, perlahan dia menyentuh dan menggenggam tangan Reita.
“*blush* Stop touching me…”
“Tidak suka?”
“Perasaanku jadi engga' jelas kalau kau menyentuhku.”
“Kalau begitu, aku akan lebih sering menyentuhmu ^ ^.”
“Jahat…” Reita pouting his lip, and now Tora kissing his hand.

***

0 komentar: